Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

DESIGN BARU QAYS DAN LAYLA

==========================
KISAH CINTA QAYS DAN LAYLA
==========================
“Penuhi cawanmu dengan cinta tidak pernah berubah. Penuhi ia dengan cinta yang abadi. Cinta yang dimurnikan dengan penderitaan duniawi, kelak akan mendapat berkah cahaya abadi”
(petikan akhir buku arab Qays bin Al Mulawwah, Majnun Layla)
.
Siapa yang tak kenal dengan Layla, seorang gadis yang cantik menawan secantik bunga mawar itu?
Siapa pula yang tak kenal Qays, pemuda yang cerdik nan tampan itu? Begitu cintanya Qays kepada Layla sehingga digelar “Majnun”, Si Gila.
Namun, yang ingin diulas di sini bukanlah kegilaan si Majnun kerana cintanya kepada Layla, tapi apa makna cinta itu sendiri.
.
Kita semua pasti bersetuju jika dua insan sudah terlanjur saling mencintai, pasti nafsunya memaksa untuk terus jumpa. Namun tidak untuk Qays.
Dalam satu ketika dia ditanya, “Apakah engkau
mencintai Layla?”
Dia menjawab “Tidak”, mengapa demikian?
“Kerana cinta disebabkan oleh pandangan mata dan sungguh penyebab itu telah tiada, maka aku adalah Layla dan Layla adalah aku.”
.
Kemudian dia ditanya lagi :
Kamu sudah makan? Dia menjawab: Layla,
Kamu sudah minum? Layla.
Kamu tidak pulang ke rumah? Layla.
Begitu seterusnya, dia hanya menyebut Layla, Layla, dan Layla tanpa ada habisnya.
Banyak para sufi yang menilai bahwa sesungguhnya yang dimaksud oleh Qays dengan Layla tak lain adalah Allâh, Allâh,
dan Allâh.
.
Dalam kitab Mukaasyafatul Quluub karya Imam Al-Ghazali, beliau mengisahkan;
.
Setiap kali Majnun ini berjumpa dengan teman-temannya dan ditanya “Siapakah namamu..?” dia selalu menjawab “Namaku Layla”.
Majnun seperti sudah lupa dengan namanya sendiri, kerana yang ada dalam hati dan fikirannya hanyalah Layla.
.
Pada lewat malam di depan rumah Layla dia bukannya melihat ke arah rumah Layla tetapi melihat ke arah langit.
Teman-temannya bertanya “Wahai Majnun, tidakkah engkau melihat ke rumah Laila, siapa tahu engkau akan melihat paras cantiknya?”.
.
Si Majnun menjawab;
“AKU SUDAH MERASA CUKUP DENGAN MENYAKSIKAN BINTANG YANG SINARNYA MENERPA RUMAH LAYLA....”.
Pada akhir kisah, Layla meninggal dunia terlebih dahulu.
Setiap hari Si Majnun mendatangi kuburan sang kekasihnya.
Di atas pusaranya dia menjerit meraung-raung, menciumi tanah kuburan Layla, memanggili nama kekasihnya, seolah-olah tidak menerima kenyataan bahwa kekasihnya itu telah tiada.
.
Kemudian orang2 pun menegurnya:
.
“Wahai Majnun, Layla telah meninggal dunia”.
.
Namun Si Majnun menjawab :
.
“SESUNGGUHNYA LAYLA YANG ADA DI DALAM HATIKU, TIDAK AKAN PERNAH MATI SELAMA-LAMANYA”
P/s: Qays bin al Mulawwah dikatakan bahawa ia adalah tokoh yang hidup dalam masa zaman Bani Umayyah.
Menurut riwayat, Qays meninggal sekitar tahun 65 H atau 68 H dengan membawa cinta membara.
Setelah meninggalnya Qays, kisah cinta mereka diceritakan dari mulut ke mulut dalam bentuk syair.
Ada banyak versi cerita. Kemudian Syaikh Nizami (1141-1209) dari Ganjavi, salah satu wilayah di Azerbaijan sekarang,
pada 1188 menghimpun dan menulis kisah tersebut secara lengkap dan indah.
==============================================
Ada 3 warna:
1)Turquoise jade
2) Rosewood maroon
3) Golden mustard
😊🍃🌾☀ Komen warna pilihan anda di bawah.🎉🎊🎐






Reactions

Catat Ulasan

0 Ulasan